Perasaan cinta agaknya sudah tertanam di dalam diri seorang umat manusia (cek ileh) sejak ia kecil. Yups, cinta pertama mungkin adalah kepada kedua orang tua. Kemudian, perasaan cinta terhadap lawan jenis akan muncul seiring perkembangan zaman (eh, maksudnya perkembangan usia).
Cinta sederhana yang hanya menyukai lawan jenis sewajarnya (cinta tetapi tidak sampai cinta-cintaan) setidaknya muncul ketika kita memasuki jenjang sekolah dasar. Waktu itu, hanya suka-suka saja, cinta tidak dibawa serius. Bisa dibilang sebagai cinta monyet (padahal yang jalanin anak manusia).
Semakin lama, cinta sepertinya telah mendarah daging dikalangan anak kecil. Bagaimana tidak, mereka tidak menganggap cinta sebagai suatu yang hanya bersifat suka-suka, tetapi sudah masuk jenjang yang lebih serius. Alhasil, cinta terkadang membuat mereka bodoh.
Dikecewakan oleh pasangan, dibawa galau, makan tak tenang, tidur tak pulas, cuci piring pun sampai tak tuntas. Dari situ akan muncul sebuah kesakitan jiwa, yang menyebabkan stres berkelanjutan yang dampaknya bahkan lebih mengancam daripada rokok.
Demi cinta rela membuat orang lain menderita, bahkan menghilangkan nyawa saudara sesama manusia yang sebenarnya sangat tak terpuji untuk dilakukan. Oh cinta, kau terindah, kau bencana.
Cinta, dulu dan sekarang, sepertinya berbeda. Cinta yang dulu sepertinya lebih baik daripada cinta yang sekarang. Bisakah waktu diulang?
0 komentar:
Posting Komentar